Ringkasan Etika Bisnis - Softskill
Nama : Saskia
Swetari
Kelas : 4EA27
NPM : 16211627
Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan
kegiatan usaha termasuk dalam berinterkasi dengan pemangku kepentingan
(stakeholders). Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez,
2005). Etika bisnis dapat diartikan lebih luas dari ketentuan yang
diatur oleh hukum, bahkan bisa merupakan standar yang lebih tinggi
dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis
seringkali kita temukan transaksi dan kegiatan yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum.
tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat sehingga akan kontra
produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan
beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan
maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai
etika bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan
bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaaan tidak mentolerir
tindakan yang tidak etis. Misalnya diskriminsi dalam sistem jenjang karier.
Sikap
Bisnis Ditunjukan Dalam Hal
-
Intergrity : Bertindak jujur & benar
-
Manner : Tidak Egois
-
Personality : Kepribadian
-
Aparance : Penampilan
-Consideration
: Memahami sudut pandang lain dalam berfikir selama berbicara.
Faktor-faktor
yang Mendorong Timbulnya Masalah Etika Bisnis
1.
Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi
2.
Tekanan persaingan terhadap laba perusahaan
3.
Pertentangan antara nilai-nilai perusahaan dengan perorangan
4. Selalu
berpedoman pada prinsip2 kejujuran.
5. Tidak mengecewakan konsumen.
Etika
Bisnis pada Berbagai Fungsi Perusahaan
Permasalahan etika bisnis yang terjadi di perusahaan
bervariasi antara fungsi perusahaan yang satu dan fungsi perusahaan lainnya.
Hal ini terjadi karena operasi perusahaan sangat terspesialisasi dalam berbagai
bidang profesi, sehingga setiap fungsi perusahaan cenderung memiliki masalah
etika tersendiri. Berikut ini akan dibahas berbagai permasalahan etika bisnis
yang terjadi di beberapa bidang fungsi perusahaan, yaitu: etika bisnis di
bidang pemasaran (marketing ethics), keuangan (finance ethics),
dan teknologi informasi (information technology ethics).
v
Etika Bisnis Dibidang Pemasaran
Dalam setiap produk harus dilakukan promosi untuk
memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa agar mudah dan cepat dikenali
oleh masyarakat dengan harapan kenaikan pada tingkat pemasarannya.
Promosi sangat diperlukan untuk dapat membuat barang yang
produksi menjadi diketahui oleh publik dalam berpromosi diperlukan etika-etika
yang mengatur bagaimana cara berpromosi yang baik dan benar serta tidak
melanggar peraturan yang berlaku, etika ini juga diperlukan agar dalam
berpromosi tidak ada pihak-pihak yang dirugikan oleh tekhnik promosi.
Cara - Cara Melakukan Promosi Dengan Etika Bisnis dalam
menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
1.
Pengendalian Diri Artinya, pelaku-pelaku bisnis
mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari
siapapun dan dalam bentuk apapun.
2.
Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social
Responsibility) Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan
masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan
sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
3.
Mempertahankan Jati Diri Mempertahankan jati
diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
4.
Menciptakan Persaingan yang Sehat Persaingan dalam
dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan
tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang
erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap
perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada
kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5.
Menerapkan Konsep “Pembangunan
Berkelanjutan" Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya
pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa
datang.
6.
Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong,
Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak
akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala
bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang
mencemarkan nama bangsa dan Negara.
7.
Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar Artinya,
kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai
contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan
"katabelece" dari "koneksi" serta melakukan
"kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk
mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang
terkait.
8.
Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan
Pengusaha Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada
sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan
pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan
pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.
9.
Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main
Bersama Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat
terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika
tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara
ada "oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba
untuk melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua
konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.
1
Memelihara Kesepakatan Memelihara kesepakatan
atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
1
Menuangkan ke dalam Hukum Positif perlunya
sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi
Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari
etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah.
Menurut
Post et.al., (2002; 104) setidaknya terdapat tujuh alasan yang mendorong
perusahaan untuk menjalankan bisnisnya secara etis.
1.
Meningkatnya harapan publik agar perusahaan
menjalankan bisnisnya secara etis. Perusahaan yang tidak berhasil dalam
menjalankan bisnisnya secara etis akan mengalami sorotan, kritik, bahkan
hukuman. Sebagai contoh, Kongres Amerika Serikat memberlakukan Public Company
Accounting Reform and Investor Protection Act, atau yang dikenal dengan Sarbane-Oxley
(Baron, 2006: 678-679), setelah Kongres menemukan berbagai kelemahan tata
kelola perusahaan yang terjadi di Enron dan Worldcom. Manipulasi keuangan yang
dilakukan oleh Enron, tidak terlepas dari peran oknum-oknum Arthur Andersen
yang bersama-sama dengan CEO Perusahaan Enron secara sengaja menyembunyikan
fakta-fakta keuangan.
2.
Belajar dari kasus ini, kongres menerapkan
Sarbanes Oxley Act di mana undang-undang baru ini menutupi berbagai celah
hukum, misalnya dengan melarang akuntan publik yang sedang mengaudit perusahaan
melaksanakan kegiatan konsultasi bagi perusahaan yang sama. Undang-undang juga
menetapkan berdirinya sebuah lembaga independen yang diberi nama Public Company
Accounting Oversight Board yang mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan akuntan.
3.
Penerapan etika bisnis mencegah agar perusahaan
tidak melakukan berbagai tindakan yang membahayakan stakeholders lainnya.
Sebagai contoh, Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah secara tidak
profesional yang dilakukan oleh PD Kebersihan Kota Bandung di wilayah Leuwi
Gajah Kabupaten Bandung telah mengakibatkan bencana longsornya sampah dengan
volume sekitar 20juta meter kubik yang menimpa perumahan penduduk di sekitarnya
sehingga 112 orang meninggal dunia dan kerugian material masyarakat sekitar
tempat pembuangan sampah diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
4.
Penerapan etika bisnis di perusahaan dapat
meningkatkan kinerja perusahaan. Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan
DePaul University (Post et.al., 2002: 105) menunjukkan bahwa “terdapat hubungan
statistik yang signifikan antara pengendalian perusahaan yang menekankan pada
penerapan etika dan perilaku bertanggung jawab di satu sisi dengan kinerja
keuangan yang baik di sisi lain”. Dalam kasus lain, penerapan etika bisnis di
perusahaan terhadap para manajer dan karyawan perusahaan berupa larangan minum
alkohol bagi para pegawai, telah menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan
produktivitas kerja.
5.
Penerapan etika bisnis seperti kejujuran,
menepati janji, dan menolak suap dapat meningkatkan kualitas hubungan bisnis di
antara dua pihak yang melakukan hubungan bisnis. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kepercayaan di antara pihak-pihak yang terlibat hubungan bisnis
terhadap pihak lainnya. Sebaliknya apabila salah satu pihak tidak dapat
dipercaya, maka pihak yang tidak dapat dipercaya ini akan diabaikan oleh mitra
bisnisnya bahkan oleh komunitas bisnis secara umum.
6.
Penerapan etika bisnis agar perusahaan terhindar
dari penyalahgunaan yang dilakukan karyawan maupun kompetitor yang bertindak
tidak etis. Sebagai contoh, kejahatan pencurian uang perusahaan yang dilakukan
pemilik dan pimpinan perusahaan merupakan faktor penyebab utama kebangkrutan
perusahaan dibanding faktor-faktor lainnya. Demikian pula kegiatan damping yang
dilakukan pesaing luar negeri merupakan perilaku tidak etis yang dapat
merugikan perusahaan domestik.
7.
Penerapan etika bisnis perusahaan secara baik di
dalam suatu perusahaan dapat menghindarkan terjadinya pelanggaran hak-hak
pekerja oleh pemberi kerja. Contohnya, perusahaan dianggap bertindak tidak etis
apabila di dalam perusahaan terjadi diskriminasi besaran gaji yang diakibatkan
oleh diskriminasi rasial. Perusahaan juga dianggap berlaku tidak etis apabila
perusahaan tidak memberikan kesempatan kemajuan karier yang sama kepada tenaga
kerja yang ada di perusahaan hanya karena terdapat perbedaan ras antara pekerja
yang satu dengan pekerja lainnya.
8.
Perusahaan perlu menerapkan etika bisnis dalam
menjalankan usahanya, untuk mencegah agar perusahaan (yang diwakili para
pimpinannya) tidak memperoleh sanksi hukum karena telah menjalankan bisnis
secara tidak etis.
v
Etika bisnis di Bidang Keuangan (Financial Ethics).
Skandal keuangan yang berasal dari pelaksanaan fungsi
keuangan yang dijalankan secara tidak etis telah menimbulkan berbagai kerugian
bagi para investor. Pelanggaran etika bisnis dalam bidang keuangan dapat
terjadi misalnya melalui praktik window dressing terhadap laporan
keuangan perusahaan yang akan mengajukan pinjaman ke bank. Melalui praktik ini
seolah-olah perusahaan memiliki rasio-rasio keuangan yang sehat sehingga layak
untuk mendapatkan kredit. Padahal sebenarnya kondisi keuangan keuangan
perusahaan tidak sesehat seperti yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang
telah dipercantik. Contoh lain pelanggaran etika keuangan misalnya melalui
penggelembungan nilai agunan perusahaan, sehingga perusahaan dapat memperoleh
kredit melebihi nilai agunan kredit yang sesungguhnya.
Mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata
cara bisnis yang sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena
saling menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor,
sikap menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam
organisasi. Itu berupa senyum — sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih,
tidak menyalah gunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol
diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Dengan kata lain,
etiket bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan, menimbulkan rasa saling
menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan
perusahaan. Berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum
mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak
sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa
berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan
bisnis yang tidak berlaku jujur dengan pegawainya, pelanggan, kreditur,
pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan
tidak bermoral. Intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri
untuk dapat menjalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan toleransi. Dengan
kata lain, etika bisnis untuk mengontrol bisnis agar tidak tamak. Bahwa itu
bukan bagianku. Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam
dunia bisnis. Untuk meraih keuntungan, masih banyak perusahaan yang melakukan
berbagai pelanggaran moral. Praktik curang ini bukan hanya merugikan perusahaan
lain, melainkan juga masyarakat dan negara. Praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN) tumbuh subur di banyak perusahaan. Ketika ekonomi Indonesia
tumbuh pesat dalam sepuluh tahun terakhir, banyak pendatang baru di bisnis. Ada
pedagang yang menjadi bankir. Banyak juga pengusaha yang sangat ekspansif di
luar kemampuan. Mereka berlomba membangun usaha konglomerasi yang keluar dari
bisnis intinya tanpa disertai manajemen organisasi yang baik. Akibatnya, pada
saat ekonomi sulit banyak perusahaan yang bangkrut. Pelanggaran etik bisnis di
perusahaan memang banyak, tetapi upaya untuk menegakan etik perlu digalakkan.
Misalkan, perusahaan tidak perlu berbuat curang untuk meraih kemenangan.
Hubungan yang tidak transparan dapat menimbulkan hubungan
istimewa atau kolusi dan memberikan peluang untuk korupsi. Banyak
perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran, terutama dalam kinerja
keuangan perusahaan karena tidak lagi membudayakan etika bisnis agar orientasi
strategik yang dipilih semakin baik. Sementara itu hampir 61.9% dari 21
perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ tidak lengkap menyampaikan
laporan keuangannya. Tingkat perhatian perusahaan terhadap perilaku etis juga
sangat menentukan karena dalam jangka panjang bila perusahaan tidak concern
terhadap perilaku etis maka kelangsungan hidupnya akan terganggu dan akan
berdampak pula pada kinerja keuangannya. Hal ini terjadi akibat manajemen dan
karyawan yang cenderung mencari keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan
norma-norma etis. Segala kompetensi, keterampilan, keahlian, potensi, dan modal
lainnya ditujukan sepenuhnya untuk memenangkan kompetisi.
v
Etika Bisnis di Bidang Teknologi Informasi (Information Technology Ethics)
Salah satu area yang memiliki pertumbuhan masalah etika
bisnis paling besar di era 1990-an sampai awal tahun 2000 adalah bidang teknologi
informasi. Hal-hal yang dapat memunculkan permasalahan etika dalam bidang ini
meliputi: serangan terhadap wilayah privasi seseorang, pengumpulan,
penyimpanan, dan akses terhadap informasi usaha terutama melalui transaksi
e-commerce, perlindungan hak cipta yang menyangkut pembuatan software, musik,
dan hak kekayaan intelektual.
Etika
bisnis dalam penggunaan Hak Milik Intelektual :
1.
Hak Cipta : Pencipta / penerima hak untuk mengumumkan ciptaannya.
2.
Hak Paten : Negara ; penemuan teknologi
3. Hak
Merek : Tanda , gambar, tulisan, pembeda barang & jasa.
Referensi:
Pengantar Manajemen, Ismail Solihin, Penerbit Erlangga