Halaman

Irrashaimase

Sabtu, 10 Januari 2015

Pelanggaran Etika Bisnis


Nama    : Saskia Swetari
NPM      : 16211627
Kelas     : 4EA27

Tugas 2, softskill Etika Bisnis (Contoh Kasus Etika Bisnis)

Seperti yang telah ketahui bahwa Samsung, Android dan Apple saling berselisih, di berbagai belahan Dunia saling tuduh menuduh tentang hak paten dan seakan tak berkesudahaan. Pada artikel BussinesWeek, memaparkan perang paten antara Apple dan berbagai produsen yang memproduksi produk-produk Android dan juga artikel itu memberikan rincian bagaimana Apple terlibat dalam litigasi paten dengan sejumlah pembuat smartphone Android, termasukSamsung, Motorola dan HTC.
“Dalam perang paten telepon pintar (smartphone), banyak hal yang dipertaruhkan. Perusahaan terkait tak akan ragu mengeluarkan uang banyak demi menjadi pemenang,” kata pengacara dari Latham & Watkins, Max Grant, dikutip dari Bloomberg .
Ketika persoalan hak cipta sudah sampai di meja hijau, maka perusahaan tidak lagi memikirkan bagaimana mereka harus menghemat pengeluaran keuangan. Sebagai gambaran, Grant mengatakan, pengacara Apple diketahui memperoleh komisi US$1.200 atau sekitar Rp 11,3 juta per jamnya untuk meyakinkan hakim dan juri bahwaSamsung Electronics Co telah menyontek atau mencuri desain smartphone Apple. Perusahaan yang dipimpin Tim Cook itu juga sudah menghabiskan total US$ 2 juta atau sekitar Rp 18,9 miliar hanya untuk menghadirkan saksi ahli. Meski kelihatan besar, uang untuk pengacara dan saksi ahli tersebut sebenarnya tergolong kecil dan masih masuk akal di “kantong” Apple ataupun Google. Sebagai contoh, biaya US$32 juta yang dikeluarkan Apple dalam perang paten melawan Motorola Mobility setara dengan hasil penjualan Apple iPhone selama enam jam.
 Upaya hukum pihak Apple sempat mengalami kemunduran saat hakim Koh menolak permintaan Apple untuk melarang penjualan perangkat Samsung di Amerika Serikat. Menurut Koh, paten desain Apple terlalu luas dan bahkan beberapa diantaranya memiliki kemiripan dengan konsep yang ada di serial Knight Rider tahun 1994. Atas putusan tersebut Apple melakukan upaya banding dan menyewa sebuah firma hukum terkenal di Los Angeles untuk meningkatkan upaya perang paten yang sedang berlangsung. Keduanya diminta menghentikan penjualan produk tertentu. 10 produk Samsung, termasukGalaxy SII, tak boleh dijual lagi; 4 produk Apple, termasuk iPad 2 dan iPhone 4, jugademikian. Oleh pengadilan Korea, Samsung diminta membayar denda 25 juta Won,sedangkan Apple dikenakan denda sejumlah 40 juta Won atau setara US$ 35.400
 Pelanggaran yang dilakukan kedua perusahaan teknologi terbesar ini tentu akan membawa dampak yang buruk bagi perkembangan ekonomi, bukan hanya pada ekonomi tetapi juga bagaimana pendapat masyarakat yang melihat dan menilai kedua perusahaan teknologi ini secara moral dan melanggar hukum dengan saling bersaing dengan carayang tidak sehat. Kedua kompetitor ini harusnya professional dalam menjalankan bisnis, bukan hanya untuk mencari keuntungan dari segi ekonomi, tetapi harus juga menjaga etikadan moralnya dimasyarakat yang menjadi konsumen kedua perusahaan tersebut sertaharus mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat.

Sumber :

Kamis, 08 Januari 2015

Etika Bisnis

Ringkasan Etika Bisnis - Softskill



Nama    : Saskia Swetari
Kelas     : 4EA27
NPM      : 16211627




Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha termasuk dalam berinterkasi dengan pemangku kepentingan (stakeholders). Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).  Etika bisnis dapat diartikan  lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan bisa  merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan transaksi dan kegiatan yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat sehingga akan kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai etika bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis. Misalnya diskriminsi dalam sistem jenjang karier.
Sikap Bisnis Ditunjukan Dalam Hal
- Intergrity       : Bertindak jujur & benar
- Manner          : Tidak Egois
- Personality    : Kepribadian
- Aparance       : Penampilan
-Consideration : Memahami sudut pandang lain dalam berfikir selama berbicara.

Faktor-faktor yang Mendorong Timbulnya Masalah Etika Bisnis
1. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi 
2. Tekanan persaingan terhadap laba perusahaan
3. Pertentangan antara nilai-nilai perusahaan dengan perorangan
4. Selalu berpedoman pada prinsip2 kejujuran.
5.  Tidak mengecewakan konsumen.

Etika Bisnis pada Berbagai Fungsi Perusahaan
Permasalahan etika bisnis yang terjadi di perusahaan bervariasi antara fungsi perusahaan yang satu dan fungsi perusahaan lainnya. Hal ini terjadi karena operasi perusahaan sangat terspesialisasi dalam berbagai bidang profesi, sehingga setiap fungsi perusahaan cenderung memiliki masalah etika tersendiri. Berikut ini akan dibahas berbagai permasalahan etika bisnis yang terjadi di beberapa bidang fungsi perusahaan, yaitu: etika bisnis di bidang pemasaran (marketing ethics), keuangan (finance ethics), dan teknologi informasi (information technology ethics).
Etika Bisnis Dibidang Pemasaran
Dalam setiap produk harus dilakukan promosi untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa agar mudah dan cepat dikenali oleh masyarakat dengan harapan kenaikan pada tingkat pemasarannya.
Promosi sangat diperlukan untuk dapat membuat barang yang produksi menjadi diketahui oleh publik dalam berpromosi diperlukan etika-etika yang mengatur bagaimana cara berpromosi yang baik dan benar serta tidak melanggar peraturan yang berlaku, etika ini juga diperlukan agar dalam berpromosi tidak ada pihak-pihak yang dirugikan oleh tekhnik promosi.
Cara - Cara Melakukan Promosi Dengan Etika Bisnis dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.       Pengendalian Diri Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
2.       Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
3.       Mempertahankan Jati Diri Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
4.       Menciptakan Persaingan yang Sehat Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5.       Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan" Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
6.       Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan Negara.
7.       Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.
8.       Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.
9.       Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.
1    Memelihara Kesepakatan Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
1       Menuangkan ke dalam Hukum Positif perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah.
Menurut Post et.al., (2002; 104) setidaknya terdapat tujuh alasan yang mendorong perusahaan untuk menjalankan bisnisnya secara etis.
1.                Meningkatnya harapan publik agar perusahaan menjalankan bisnisnya secara etis. Perusahaan yang tidak berhasil dalam menjalankan bisnisnya secara etis akan mengalami sorotan, kritik, bahkan hukuman. Sebagai contoh, Kongres Amerika Serikat memberlakukan Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act, atau yang dikenal dengan Sarbane-Oxley (Baron, 2006: 678-679), setelah Kongres menemukan berbagai kelemahan tata kelola perusahaan yang terjadi di Enron dan Worldcom. Manipulasi keuangan yang dilakukan oleh Enron, tidak terlepas dari peran oknum-oknum Arthur Andersen yang bersama-sama dengan CEO Perusahaan Enron secara sengaja menyembunyikan fakta-fakta keuangan.
2.                Belajar dari kasus ini, kongres menerapkan Sarbanes Oxley Act di mana undang-undang baru ini menutupi berbagai celah hukum, misalnya dengan melarang akuntan publik yang sedang mengaudit perusahaan melaksanakan kegiatan konsultasi bagi perusahaan yang sama. Undang-undang juga menetapkan berdirinya sebuah lembaga independen yang diberi nama Public Company Accounting Oversight Board yang mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan akuntan.
3.                Penerapan etika bisnis mencegah agar perusahaan tidak melakukan berbagai tindakan yang membahayakan stakeholders lainnya. Sebagai contoh, Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah secara tidak profesional yang dilakukan oleh PD Kebersihan Kota Bandung di wilayah Leuwi Gajah Kabupaten Bandung telah mengakibatkan bencana longsornya sampah dengan volume sekitar 20juta meter kubik yang menimpa perumahan penduduk di sekitarnya sehingga 112 orang meninggal dunia dan kerugian material masyarakat sekitar tempat pembuangan sampah diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
4.                Penerapan etika bisnis di perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan DePaul University (Post et.al., 2002: 105) menunjukkan bahwa “terdapat hubungan statistik yang signifikan antara pengendalian perusahaan yang menekankan pada penerapan etika dan perilaku bertanggung jawab di satu sisi dengan kinerja keuangan yang baik di sisi lain”. Dalam kasus lain, penerapan etika bisnis di perusahaan terhadap para manajer dan karyawan perusahaan berupa larangan minum alkohol bagi para pegawai, telah menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan produktivitas kerja.
5.                Penerapan etika bisnis seperti kejujuran, menepati janji, dan menolak suap dapat meningkatkan kualitas hubungan bisnis di antara dua pihak yang melakukan hubungan bisnis. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kepercayaan di antara pihak-pihak yang terlibat hubungan bisnis terhadap pihak lainnya. Sebaliknya apabila salah satu pihak tidak dapat dipercaya, maka pihak yang tidak dapat dipercaya ini akan diabaikan oleh mitra bisnisnya bahkan oleh komunitas bisnis secara umum.
6.                Penerapan etika bisnis agar perusahaan terhindar dari penyalahgunaan yang dilakukan karyawan maupun kompetitor yang bertindak tidak etis. Sebagai contoh, kejahatan pencurian uang perusahaan yang dilakukan pemilik dan pimpinan perusahaan merupakan faktor penyebab utama kebangkrutan perusahaan dibanding faktor-faktor lainnya. Demikian pula kegiatan damping yang dilakukan pesaing luar negeri merupakan perilaku tidak etis yang dapat merugikan perusahaan domestik.
7.                Penerapan etika bisnis perusahaan secara baik di dalam suatu perusahaan dapat menghindarkan terjadinya pelanggaran hak-hak pekerja oleh pemberi kerja. Contohnya, perusahaan dianggap bertindak tidak etis apabila di dalam perusahaan terjadi diskriminasi besaran gaji yang diakibatkan oleh diskriminasi rasial. Perusahaan juga dianggap berlaku tidak etis apabila perusahaan tidak memberikan kesempatan kemajuan karier yang sama kepada tenaga kerja yang ada di perusahaan hanya karena terdapat perbedaan ras antara pekerja yang satu dengan pekerja lainnya.
8.                Perusahaan perlu menerapkan etika bisnis dalam menjalankan usahanya, untuk mencegah agar perusahaan (yang diwakili para pimpinannya) tidak memperoleh sanksi hukum karena telah menjalankan bisnis secara tidak etis.
Etika bisnis di Bidang Keuangan (Financial Ethics).
Skandal keuangan yang berasal dari pelaksanaan fungsi keuangan yang dijalankan secara tidak etis telah menimbulkan berbagai kerugian bagi para investor. Pelanggaran etika bisnis dalam bidang keuangan dapat terjadi misalnya melalui praktik window dressing terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan mengajukan pinjaman ke bank. Melalui praktik ini seolah-olah perusahaan memiliki rasio-rasio keuangan yang sehat sehingga layak untuk mendapatkan kredit. Padahal sebenarnya kondisi keuangan keuangan perusahaan tidak sesehat seperti yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang telah dipercantik. Contoh lain pelanggaran etika keuangan misalnya melalui penggelembungan nilai agunan perusahaan, sehingga perusahaan dapat memperoleh kredit melebihi nilai agunan kredit yang sesungguhnya.
Mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara bisnis yang sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Itu berupa senyum — sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak menyalah gunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Dengan kata lain, etiket bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan. Berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral. Intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat menjalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan toleransi. Dengan kata lain, etika bisnis untuk mengontrol bisnis agar tidak tamak. Bahwa itu bukan bagianku. Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk meraih keuntungan, masih banyak perusahaan yang melakukan berbagai pelanggaran moral. Praktik curang ini bukan hanya merugikan perusahaan lain, melainkan juga masyarakat dan negara. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) tumbuh subur di banyak perusahaan. Ketika ekonomi Indonesia tumbuh pesat dalam sepuluh tahun terakhir, banyak pendatang baru di bisnis. Ada pedagang yang menjadi bankir. Banyak juga pengusaha yang sangat ekspansif di luar kemampuan. Mereka berlomba membangun usaha konglomerasi yang keluar dari bisnis intinya tanpa disertai manajemen organisasi yang baik. Akibatnya, pada saat ekonomi sulit banyak perusahaan yang bangkrut. Pelanggaran etik bisnis di perusahaan memang banyak, tetapi upaya untuk menegakan etik perlu digalakkan. Misalkan, perusahaan tidak perlu berbuat curang untuk meraih kemenangan.
Hubungan yang tidak transparan dapat menimbulkan hubungan istimewa atau kolusi dan memberikan peluang untuk korupsi. Banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran, terutama dalam kinerja keuangan perusahaan karena tidak lagi membudayakan etika bisnis agar orientasi strategik yang dipilih semakin baik. Sementara itu hampir 61.9% dari 21 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ tidak lengkap menyampaikan laporan keuangannya. Tingkat perhatian perusahaan terhadap perilaku etis juga sangat menentukan karena dalam jangka panjang bila perusahaan tidak concern terhadap perilaku etis maka kelangsungan hidupnya akan terganggu dan akan berdampak pula pada kinerja keuangannya. Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis. Segala kompetensi, keterampilan, keahlian, potensi, dan modal lainnya ditujukan sepenuhnya untuk memenangkan kompetisi.
Etika Bisnis di Bidang Teknologi Informasi (Information Technology Ethics)
Salah satu area yang memiliki pertumbuhan masalah etika bisnis paling besar di era 1990-an sampai awal tahun 2000 adalah bidang teknologi informasi. Hal-hal yang dapat memunculkan permasalahan etika dalam bidang ini meliputi: serangan terhadap wilayah privasi seseorang, pengumpulan, penyimpanan, dan akses terhadap informasi usaha terutama melalui transaksi e-commerce, perlindungan hak cipta yang menyangkut pembuatan software, musik, dan hak kekayaan intelektual.
Etika bisnis dalam penggunaan Hak Milik Intelektual :
1. Hak Cipta : Pencipta / penerima hak untuk mengumumkan ciptaannya.
2. Hak Paten : Negara ; penemuan teknologi
3. Hak Merek : Tanda , gambar, tulisan, pembeda barang & jasa.

Referensi:
Pengantar Manajemen, Ismail Solihin, Penerbit Erlangga

Sabtu, 29 Maret 2014

Berpikir Deduktif dan Induktif

1. Berfikir Deduktif
Berfikir deduktif adalah proses berfikir dari pengetahuan universal atau pengetahuan individual atau singular dimana didalamnya berhadapan dengan suatu prinsip, hukum, teori atau putusan lain yng berlaku umum untuk suatu hal, peristiwa, tau gejala. Berdasarkan prinsip umum (universal) itulah ditarik kesimpulan yang lebih khusus (singular) yang merupakan bgian dari hal atau gejala prinsip umum. Contoh:
- Mahasiswa Gunadarma angkatan 2011 lulus dengan IPK diatas 3,5.
- Tammy adalah mahasiswa Gunadarma angkatan 2011.
:: Jadi, Tammy lulus dengan IPK diatas 3,5.

 A. Silogisme
Silogisme adalah proses penyimpulan yang sekurang-kurangnya didahului dua pernyataan (proposisi atau premis) sebagai antesedens (pengetahuan yang sudah dipahami) hingga membentuk suatu kesimpulan sebagai keputusan baru (konklusi atau konsekuensi). Keputusan baru, sebagai konsekuensi logs, selalu berkaitan dengan proposis, jika proposisi benar dengan sendirinya kesimpulan benar. Itulah sebabnya ada beberapa hal yang perlu dicermati dalam menyusun silogisme:
1. Pernyataan pertama dalam dalam silogisme disebut premi mayor, pernyataan kedua disebut premis minor/
2. Silogisme tidak boleh mengandung lebih dari tiga premis. Sebaliknya, kurang dari dua premis tidak ada silogisme, lebih dari tiga premis berarti tidak ada perbandingan.
3. Jika kedua premis (mayor dan minor) negatif maka tidak dapat disimpulkan, contoh: - Semua mahasiswa Gunadarma bukan seniman.
- Tammy bukan mahasiswa Gunadarma.
:: Jadi, Tammy bukan seniman.
4. Jika salah satu premis negatif, maka tidak dapat disimpulkan, contoh:
 - Mahasiswa Gunadarma mengikuti lomba menggambar.
    - Tammy bukan mahasiswa Gunadarma.
    :: Jadi, Tammy tidak mengikuti lomba menggambar.
5. Jika salah satu premis partikular, maka kesimpulan tidak sahih, contoh:
         - Beberapa mahasiswa Gunadarma tidak merasa kacau hidupnya.
        - Tammy adalah mahasiswa Gunadarma.
       :: Jadi, Tammy tidak merasa kacau hidupnya (?)
 6. Kedua premis tidak boleh partikular, contoh:
- Beberapa menteri kaya tidak bahagia.
- Banyak menteri jujur bahagia.
:: Jadi, menteri-menteri kaya tidak jujur.
 7. Pola silogisme:
A     =     B     (Premis Mayor)
C     =     A     (Premis Minor)
===============

C     =     B     (Kesimpulan)


B. Jenis-jenis silogisme
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial didukung oleh premis-premis dan kesimpulan kategorial. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor. Contoh:
Semua mahasiswa Gunadarma wajib mengikuti kursus dan workshop.
Tammy termasuk mahasiswa Gunadarma.
>>  Jadi, Tammy wajib mengikuti kursus dan workshop.
Terdapat 3 tahap dalam menyusun silogisme, yaitu:
a. menentukan kesimpulan mana yang disampaikan
b. mencari alas an yang dikemukakan sebagai premis-premisnya
c. menyusun silogisme dengan pola   A  =  B
  C  =  A
=======
  C  =  B
2. Silogisme Tersusun 
Silogisme tersusun merupakan perluasan dan penyempitan silogisme kategorial. Terdapat 3 kategori dalam menganalisis silogisme tersusun, yaitu epikherema, entimem, dan sorites.
a. Epikherema
Epikherema adalah bentuk silogisme yang diperluas salah satu pemisnya (atau bahkan keduanya) dengan menambah keterangan: keterangan sebab, penjelasan sebab terjadinya, keterangan waktu, maupun pembuktian keberadaannya, contoh:
Setiap pahlawan adalah agung sebab mereka selalu memperjuangkan hak-hak bersama dengan menomorduakan kepentingan pribadi.
Jenderal Sudirman adalah pahlawan.
>>  Jadi, Jenderal Sudirman itu agung.

Setiap samurai adalah pejuang sebab mereka selalu mempertahankan integritas yang merupakan nilai Bushido yang paling utama. Mereka tidak pernah menggunakan jalan pintas yang melanggar moralitas. Perkataan samurai lebih kuat daripada besi dan kesetiaan ditunjukan dengan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Itu sebabnya samurai menjunjung tinggi nilai-nilai bushido yang senantiasa menggunakan kode etiknya secara sempurna sepanjang waktu. Tammy adalah seorang samurai. Jadi, ia adalah pejuang. 

Dari kedua contoh tersebut dapat dilihat silogisme yang diperluas dengan menambah keterangan, alas an, bukti, dan penjelasan sebagai pelengkap premis mayor. Pola silogisme tetap A = B, C = A, C = B, dengan keterangan tidak terbatas asal tetap mempertegas dan memperjelas premisnya. Contoh:

Semua siswa yangselalu belajar dengan tekun, teratur, dan terencana pasti akan berhasil dalam hidupnya. Sebab, mereka selalu mempersiapkan diri untuk memahami dn mengerti. Belajar bagi mereka bukan sekedar demi angka-angka yang dicapai dalam ulangan. Mereka tidak hanya belajar bila ada ulangan, tetapi dengan jadwal pribadi yang disusun mereka berusaha menganalisis urgensi bidang studi yang sedang digeluti baik untuk hidup sekarang maupun demi masa depan. Bagi mereka tiada hari tanpa prestasi sungguh merupakan pegangan dan arah hidup. Tammy adalah siswa yang selalu belajar dengan tekun, teratur, dan terencana. Jadi, Tammy pasti berhasil dalam hidupnya.

b. Entimem
Entimem adalah bentuk silogisme yang diperpendek. Artinya, salah satu premis dihilangkan. Di dalamnya, tergantung abstraksi. Hubungan logis memegang peranan utama dalam proses ini. Pola entimen adalah C  =  B, karena A. Entimem selalu dimulai dengan kesimpulan (C = B) dan diikuti keterangan sebab sebagai penjelasan, keterangan, atau pelengkap. Contoh:
1. Tammy pergi ke Jepang untuk turnamen kendo sebab perwakilan kendo Indonesia.
2. Tammy adalah anggota Shinsengumi sebab seorang samurai yang hebat.
3. Tammy pasti melatih ilmu pedangnya setiap hari sebab seorang kesatria yang tangguh.

C. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka piker yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Secara etimologis, hipotesis berasal dari kata Hypo yang berarti rendah, dan Thesis yang berarti kebenaran. Jadi, hipotesis adalah kebenaran yang rendah yang perlu ditelusuri lagi atau perlu dibuktikan kebenarannya. Secara konsep, hipotesis adalah sejumlah pernyataan yang membutuhkan pengkajian lebih mendalam hingga dapat terbukti kebenarannya secara ilmiah.
Ada beberapa tipe hipotesis yaitu:
1. Hipotesis nol, yang berarti mengandung arti tidak ada pengaruh, tidak ada interaksi, tidak ada hubungan atau tidak ada perbedaan.
2. Hipotesis alternative adalah pernyatan operasional dari hipotesis penelitian. Bila hipotesis alternative berdasarkan teori maka disebut hipotesis deduktif, tetapi bila berdasarkan pengamatan maka disebut hipotesis induktif.
Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi empiris yang memberi data yang diperlukan. Setelah kita mengumpulkan data, selanjutnya kita harus menyimpulkan hipotesis , apakah harus menerima atau menolak hipotesis. Ada bahayanya seorang peneliti cenderung untuk menerima atau membenarkan hipotesisnya, karena ia dipengaruhi bias atau perasangka. Dengan menggunakan data kuantitatif yang diolah menurut ketentuan statistik dapat ditiadakan bias itu sedapat mungkin, jadi seorang peneliti harus jujur, jangan memanipulasi data, dan harus menjunjung tinggi penelitian sebagai usaha untuk mencari kebenaran.

2. Berpikir Induktif
Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data yang teramati. Nilai kebenaran dalam penalaran induktif dapat bersifat benar atau salah. Sebuah argumen induktif tidak membangun kesimpulan-kesimpulannya atas dasar kepastian melainkan premis-premis yang dibuatnya melahirkan kesimpulan yang sangat mungkin. Sebuah argumen induktif tidak berbicara mengenai kesahihan atau ketidak sahihan kesimpulan-kesimpulannya melainkan, apakah kesimpulan tersebut lemah atau kuat, baik atau tidak baik. Meskipun jika premis-premis yang dibuatnya benar dan memiliki dasar yang sangat kuat bagi kesimpulan, namun kesimpulan tersebut tidaklah pasti. Sebuah argumen induktif yang paling kuat tidaklah semeyakinkan atau menentukan seperti sebuah argumen deduktif yang masuk akal. Berikut adalah contoh yang sederhana:
1. Sebagian besar otaku pergi ke festival anime dan comic market fair setiap tahun.
2. Tammy adalah otaku.
3. Dengan demikian, Tammy pergi ke anime festival dan comic market fair setiap tahun.

A. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penyimpulan umum (universal) berdasarkan hal-hal yang khusus. Penalaran dengan cara menarik kesimpulan berdasarkan data yang sesuai dengan fakta. Data tersebut harus cuup untuk membuat kesimpulan secara umum.
1. Generalisasi Empiris
Generalisasi empiris adalah hipotesis yang didasarkan pada pengaatan terhadap kenyataan tertentu dan spesifik. Generalisasi empiric identik dengan anggapan dasar. Pertama, dapat bersifat alternative yaitu pernyataan sementara mengenai hubungan yang berbanding terbalik antar variable yang digunakan. Kedua, dapat bersifat argumentative yaitu hipotesis yang menunjukkan dengan teratur suatu dugaan sementara mengapa benda, peristiwa, atau benda itu terjadi. Ketiga, bersifat deskriptif yaitu hipotesis yang menunjukkan dengan teratur suatu dugaan sementara bagaimana benda, peristiwa, atau benda itu terjadi.
2. Generalisasi Normatif
Generalisasi normative adalah generalisasi yang menyatakan penilaian, ulasan, dan pertimbangan berdasarkan norma atau akidah yang berlaku.
3. Generalisasi Substantif
Generalisasi substantive adalah sipulan umum dalam bentuk sebab-akibat atau akibat-sebab yang tidak terikat oleh waktu dan tempat.
4. Generalisasi Teoritis
Adalah hipotesis yang dicapai dengan asumsi dasar bahwa variable lainnya dianggap konstan.

B. Analogi
Analogi adalah penalaran dengan cara membandingkan dua hal yang banyak mengandung persamaan. Dengan kesamaan tersebut dapat ditarik kesimpulannya.

1. Paragraf Sebab-Akibat
Hubungan sebab akibat adalah penalaran dengan cara mengemukakan fakta yang menjadi sebab terjadinya suatu peristiwa, kemudian dapat ditarik kesimpulan yang merupakan akibatnya. Contoh:
(1) Tadinya Tammy tidak berpikir untuk membuat tempat latihan bela diri. (2) Kemudian banyak teman Tammy yang sering minta dicarikan tempat bagus untuk berlatih bela diri. (3) Semula Tammy hanya menggunakan halaman rumahnya sebagai tempat latihan. (5) Kemudian Tammy berpikir, mengapa tidak membuat tempat latihan untuk umum saja. (6) Hal itulah yang mendorong Tammy untuk membuka tempat latihan bela diri untuk umum di dalam rumahnya yang kemudian di beri nama Shiroi Suisei Dojo.




Nama : Saskia Swetari
NPM : 16211627
Kelas : 3EA18
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2 (Softskill)




Go Up!